Kacabdin Launching LSP-P1 SMK YPP Purworejo

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jateng, Dr. Nikmah Nurbaity, S.Pd., M.Pd.BI., secara resmi melaunching LSP-P1 SMK YPP Purworejo, Rabu (12/10/2022), di sela kegiatan Workshop Anti Perundungan dan Gerakan Sekolah Menyenangkan.

Launching ditandai dengan penekanan tombol dan penyerahan sertifikat atau lisensi LSP-P1 dari BNSP bernomor BNSP-LSP-2104-ID, kepada Kepala SMK YPP Purworejo Mugi Widodo, S.Pd., didampingi Ketua LSP-P1 Abdul Karim, S.Pd.

Usai launching, Nikmah menjelaskan, dengan LSP-P1, intinya adalah sekolah nanti sudah memiliki kewenangan untuk melaksanakan penilaian untuk anak-anak (siswa) uji kompetensi. Dan SMK YPP, merupakan salah satu dari (hanya) beberapa sekolah yang sudah memiliki lisensi LSP-P1 di Purworejo.

“Untuk mencapai LSP-P1 ini ada proses yang cukup panjang, dimana assesor-assesornya sudah harus dilatih, lolos dan lulus sebagai assesor,” ujar Nikmah.

Ini berarti, lanjut Nikmah, guru-gurunya sudah tersertifikat untuk menjadi assesor LSP-P1. Termasuk nanti gurunya bisa juga menjadi assesor di sekolah-sekolah lain yang belum memiliki lisensi untuk menjadi assesor (jejaring).

Nikmah yang juga menjadi narasumber dalam workshop tentang anti perundungan dan gerakan sekolah menyenangkan serta ikut penandatanganan deklarasi anti perundungan tersebut berharap, SMK YPP Purworejo menjadi sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan.

“Anak-anak bisa belajar dengan nyaman, guru-gurunya juga mengajar dengan nyaman, lingkungan sekolah juga menyenangkan. Di SMK YPP Purworejo tidak ada kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan verbal serta tidak ada kekerasan seksual ,” ujar Nikmah.

Workshop Anti Perundungan dan Gerakan Sekolah Menyenangkan di SMK YPP Purworejo, Rabu (12/10/2022) – foto: Sujono/Koranjuri.com

Untuk gerakan sekolah menyenangkan, Nikmah berharap, anak-anak itu belajar tanpa dipaksa, disiplin tanpa ditakut-takuti, menghormati orang lain tanpa syarat dan juga berprestasi tanpa ditekan.

“Kalau anak-anaknya sudah begini mindsetnya, maka nanti SMK YPP akan menjadi SMK yang maju dan sangat potensial kedepan,” tandas Nikmah.

Untuk LSP, Nikmah berharap untuk terus ditingkatkan, sehingga nantinya semakin banyak assesor-assesor yang berhasil lolos dan lulus dari SMK YPP dan nanti bisa bekerjasama dengan sekolah-sekolah lain yang belum memiliki LSP-P1. Nantinya SMK YPP bisa menjadi pionir untuk sekolah-sekolah lain dan juga menjadi percontohan. Selain itu kompetensi anak-anak juga harus ditingkatkan karena nanti diuji untuk LSP-P1.

“Karena ketika LSP-P1 sudah disiapkan, maka kompetensi siswa juga sudah harus dipersiapkan. Jadi ketika diuji, yang nguji siap, LSPnya siap, kompetensi anak-anak juga harus sangat siap,” kata Nikmah.

Untuk anti perundungan, menurut Nikmah, di SMK YPP Purworejo sudah sangat bagus. Harapannya, kedepan lebih ditingkatkan dan dipelihara, sehingga tidak ada kekerasan-kerasan di sekolah dan juga di luar sekolah.

“Untuk gerakan sekolah menyenangkan, harapannya para guru mengajar dengan lebih menyenangkan, ekosistem sekolah lebih menyenangkan, sehingga anak-anak bahagia belajar di SMK YPP,” tegas Nikmah.

Mugi Widodo menambahkan, pihaknya sangat bersyukur, sertifikat atau lisensi dari BNSP sudah diterimanya. Sebenarnya, untuk pengajuan LSP sendiri, dari SMK YPP sudah mengajukan untuk 3 kompetensi atau tiga skema. Namun hasilnya, hanya dua yang lolos, yakni skema Teknik Mekanik Industri dan Teknik Instalasi Tenaga Listrik.

“Yang Bisnis Konstruksi dan Properti itu skemanya ada perubahan, sehingga prosesnyapun berubah harus melalui menteri PUPR,” ungkap Mugi, sambil menyebut, tiap kompetensi keahlian memiliki 2 assesor.

Dengan adanya LSP-P1 ini, kata Mugi, maka nantinya uji kompetensi yang diterapkan LSP-P1 sendiri. Selama ini, sebelum ada LSP-P1, untuk UKKnya itu mandiri. Uji kompetensinya dengan melibatkan kerjasama dari DUDI atau pihak luar.

Kaitannya dengan anti perundungan, diharapkan di SMK YPP Purworejo aman terkendali dan tidak ada kekerasan. Baik itu antara guru dengan siswa, atau siswa dengan siswa, sehingga proses pembelajarannya bisa terkendali.

“Dengan gerakan sekolah menyenangkan, harapannya pembelajaran di kelas itu bapak ibu guru ada perubahan, sehingga anak senang dan dikangeni siswa,” pungkas Mugi sambil menambahkan, dalam kegiatan tersebut, selain diikuti para guru dan karyawan serta perwakilan siswa, juga dihadiri Pengawas SMK dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jateng, H. Achmad Chamdani, S.Pd.,M.Pd., Ketua Yayasan dan Ketua Komite. (Jon)